
Perjalanan panjang dan penuh tantangan dilalui oleh dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG, seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang tergabung dalam Emergency Medical Team (EMT) Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Ia menjadi salah satu relawan kemanusiaan yang berangkat ke Gaza, membawa misi penyelamatan nyawa di tengah konflik berkepanjangan.
🏥 Misi Kemanusiaan Menuju Tanah Konflik
Sejak pecahnya peristiwa Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, dr. Prita dan tim BSMI terus berupaya menembus wilayah Gaza. Bukan perjalanan pertama baginya, namun kali ini tantangannya jauh lebih berat.
BSMI sempat berkoordinasi dengan WHO, namun permintaan izin tidak disetujui. Setelah berbagai negosiasi panjang, BSMI akhirnya bekerja sama dengan Rahma Worldwide, dan pada Januari 2024 tim berhasil menembus wilayah Al-Aris, Mesir, hanya 40 km dari Gaza.
Perjalanan darat dari Kairo ke Al-Aris memakan waktu enam jam, ditemani rasa cemas dan doa. Setiap pos pemeriksaan menjadi ujian baru, tetapi berkat bantuan Kedutaan Besar Palestina, perjalanan berjalan lancar tanpa penahanan.
“Setiap berhenti di check point, saya hanya berdoa agar bisa terus melanjutkan perjalanan,” kenangnya.
🚑 Menembus Gaza, Di Antara Reruntuhan dan Harapan
Begitu memasuki Gaza, dr. Prita merasakan emosi yang campur aduk. Ia bahagia karena misi kemanusiaan bisa dimulai, namun terkejut melihat kerusakan yang begitu masif. Bahkan, dibandingkan kunjungannya pada tahun 2008, kondisi Gaza kini jauh lebih memprihatinkan.
“Begitu masuk Gaza itu 180 derajat berbeda. Saya kaget dan sedih, karena kehancurannya luar biasa,” ujarnya.
Namun, di balik kehancuran itu, dr. Prita menemukan semangat luar biasa dari masyarakat Gaza. Anak-anak tetap bermain layangan, ibu-ibu beraktivitas seperti biasa, dan para ayah tetap bekerja di tengah puing-puing kota. “Mereka punya daya tahan yang luar biasa,” katanya penuh kagum.
👩⚕️ Suka Duka Menjadi Dokter Kandungan di Zona Perang
Sebagai dokter kandungan, dr. Prita merasa terpanggil untuk membantu para ibu di Gaza. Ia menangani berbagai kasus kelahiran dengan kondisi medis yang unik.
“Saya menemukan ibu yang menjalani operasi sesar sampai sepuluh kali. Di Indonesia itu tidak mungkin terjadi,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa kondisi rahim wanita Gaza lebih kuat, memungkinkan mereka untuk menjalani prosedur berulang. Selain itu, banyak ibu hamil di sana mengalami kekurangan darah akibat gizi minim dan stres perang.
Meski di tengah keterbatasan alat medis, ia tetap menolong setiap pasien dengan sabar. Bahkan, ia sempat diminta memberi nama bayi ke-10 dari seorang ibu berusia 43 tahun — momen yang menjadi kenangan berharga baginya.
Selain menangani kelahiran, dr. Prita juga memberikan pelatihan kepada mahasiswa kedokteran lokal yang tetap bersekolah di tengah perang. “Mereka tetap semangat belajar meski setiap hari mendengar ledakan,” ungkapnya.
🧘♀️ Menjaga Kesehatan dan Keteguhan Mental
Hidup di zona perang tidak hanya menguras fisik, tetapi juga mental. Suara bom dan drone terus terdengar, bahkan saat malam tiba.
“Tidak ada waktu aman. Bom bisa datang kapan saja,” kata dr. Prita.
Untuk menjaga ketenangan batin, ia memperbanyak doa dan zikir sebelum tidur. “Kalau tidak bisa tidur karena suara bom, saya salat malam,” ucapnya lirih.
Ia juga rutin menjaga kesehatan dengan vaksinasi, suplemen, dan pola makan teratur. “Enggak ada yang istimewa, hanya disiplin dan menjaga diri,” tambahnya.
🕊️ Harapan untuk Gaza dan Dunia
Usai menjalani misi kemanusiaan, dr. Prita menyadari bahwa perjuangan belum selesai. Ia berharap gencatan senjata permanen benar-benar ditegakkan agar rakyat Gaza bisa hidup damai.
Menurutnya, masyarakat Gaza tidak meminta bala tentara atau senjata. Mereka hanya ingin dunia tahu kebenaran. “Mereka cuma ingin disiarkan ke seluruh dunia, apa yang sebenarnya terjadi di Gaza,” ujarnya.
dr. Prita juga menyerukan agar dunia terus bersuara untuk Palestina — melalui tulisan, doa, dan aksi nyata seperti boikot produk penjajah.
“Kalau donasi bisa sendiri, tapi boikot harus bersama. Hanya dengan persatuan kita bisa membuat perubahan,” tegasnya.
🌟 Kesimpulan: Kemanusiaan yang Tak Padam di Tengah Perang
Perjalanan dr. Prita Kusumaningsih bukan sekadar kisah heroik seorang dokter, melainkan simbol keteguhan hati manusia dalam menghadapi kehancuran. Di tengah bom dan kesedihan, ia membawa harapan baru bagi kehidupan.
Dari Gaza, ia membuktikan bahwa kemanusiaan tidak pernah padam — selama masih ada orang-orang yang berani menyalakan cahaya di tengah gelapnya perang.
Refrence : Liputan6