
Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) mengadakan taklimat media bertema Temu Media Tradisi Pacu Jalur sebagai langkah strategis memperkuat pemahaman publik terhadap kekayaan budaya nasional. Dalam kegiatan yang berlangsung di Gedung A lantai 2 Kemenbud, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa Pacu Jalur, tradisi lomba perahu masyarakat Kuantan Singingi, Riau, adalah Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang patut diperkenalkan secara luas hingga ke level global.
Tradisi ini semakin populer setelah viralnya video anak-anak yang menari di haluan perahu, dikenal sebagai “anak coki”. Gerakan mereka yang enerjik dan ritmis menjadi daya tarik tersendiri bagi publik nasional maupun internasional.
Warisan Budaya dengan Nilai Historis dan Sosial
Pacu Jalur berasal dari kata “pacu” (balapan) dan “jalur” (perahu panjang), digunakan masyarakat tempo dulu untuk transportasi harian. Perahu jalur berukuran 25 hingga 40 meter dan bisa diisi oleh 50-73 pendayung. Tradisi ini bukan sekadar perlombaan, tapi mencerminkan nilai spiritual, gotong royong, dan adat istiadat yang melekat kuat di masyarakat Kuantan Singingi.
Fadli Zon menjelaskan bahwa Pacu Jalur telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2015 melalui SK Nomor 186/M/2015. Penetapan ini bertujuan memberi perlindungan hukum dan pengakuan nasional terhadap budaya lokal.
“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Kuansing atas komitmen mereka menjaga tradisi ini tetap hidup dan relevan,” ujar Menbud.
Ekspresi Budaya yang Mendunia
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Rayyan Arkan Dikha, siswa SD yang viral berkat tariannya sebagai anak coki. Ia menyampaikan rasa bangga karena bisa dikenal luas dan turut mempromosikan budaya daerahnya. “Senang sekali bisa dikenal banyak orang dari luar negeri,” katanya.
Bupati Kuansing, Suhardiman Amby, menjelaskan bahwa Pacu Jalur telah berusia 120 tahun dan awalnya dipersembahkan kepada Ratu Wilhelmina di masa kolonial Belanda. Kini, tradisi ini rutin digelar setiap Agustus untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI dan telah menjadi agenda nasional.
Suhardiman juga menyampaikan terima kasih kepada Menbud yang telah memberi ruang untuk memperkenalkan budaya lokal secara lebih luas. “Tradisi ini milik bangsa, dan kami bangga menjadi bagian dari keberagaman budaya Indonesia,” ujarnya.
Menuju Pengakuan Dunia Lewat UNESCO
Fadli Zon menyampaikan komitmennya untuk mendorong Pacu Jalur mendapatkan pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda dunia oleh UNESCO. Ia menyadari bahwa prosesnya panjang dan bersaing dengan budaya lain dari berbagai negara, namun pihaknya siap menyusun naskah akademik dan dokumen pendukung sebagai langkah awal.
“Kita harus percaya diri dengan budaya kita. Ini bukan hanya soal promosi, tapi tentang eksistensi jati diri bangsa di mata dunia,” tegasnya.
Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa
Di akhir acara, Menbud bersama pejabat dan tamu undangan turut memperagakan gerakan mendayung sebagai bentuk simbolis dukungan terhadap pelestarian budaya. Taklimat ini ditutup dengan tepuk tangan meriah, memperlihatkan antusiasme kuat terhadap upaya pelestarian tradisi.
Fadli Zon berharap tradisi seperti Pacu Jalur dapat terus diwariskan dari generasi ke generasi. Ia juga mengajak masyarakat untuk aktif memajukan kebudayaan, mulai dari seni pertunjukan hingga tradisi lisan dan permainan rakyat. “Pacu Jalur membuktikan bahwa budaya lokal kita punya daya tarik global,” tutupnya.