Nama Ferry Irwandi belakangan jadi sorotan publik setelah Komandan Satuan Siber (Dansatsiber) TNI, Brigjen TNI Juinta Omboh (J.O) Sembiring, menyebut pendiri Malaka Project itu terindikasi pidana. Juinta bahkan mendatangi Polda Metro Jaya untuk berkonsultasi terkait dugaan tersebut. Meski begitu, detail mengenai indikasi pidana yang dituduhkan belum diungkapkan secara jelas.
Lantas, siapa sebenarnya Ferry Irwandi?
Latar Belakang Pendidikan
Ferry Irwandi lahir di Jambi dan dikenal sejak muda punya minat kuat di bidang seni dan kreativitas. Meski begitu, ia menempuh pendidikan formal di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Selama kuliah, Ferry tetap aktif mengembangkan bakat kreatifnya melalui klub film SCENE, tempat ia mengasah keterampilan visual dan produksi konten.
Setelah lulus, Ferry melanjutkan studi pascasarjana di Central Queensland University, Australia, memperkuat kapasitas akademiknya sebelum terjun ke dunia kerja.
Karier di Kementerian Keuangan
Ferry mengawali karier profesionalnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan. Ia bergabung dengan tim humas sebagai videografer, posisi yang memungkinkan dirinya menyalurkan kreativitas dalam konteks pekerjaan formal.
Selama hampir 10 tahun, Ferry mengabdi di Kemenkeu. Namun, pada November 2022 ia memilih mengundurkan diri. Keputusan ini diambil untuk lebih fokus pada aktivisme sosial dan dunia konten digital. Langkah itu menjadi titik balik penting dalam perjalanan hidupnya.
Aktivisme dan Malaka Project
Ferry aktif di YouTube sejak 2010, jauh sebelum populer seperti sekarang. Kontennya membahas berbagai topik, mulai dari politik, edukasi keuangan, stoikisme, hingga isu sosial yang kontroversial.
Pada tahun 2023, ia mendirikan Malaka Project bersama sejumlah influencer seperti Jerome Polin dan Coki Pardede. Inisiatif ini berfokus pada peningkatan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia, dengan visi mendukung Indonesia Emas 2045. Malaka Project menjadi bukti nyata dedikasinya terhadap isu pendidikan nasional.
Di luar itu, Ferry juga dikenal vokal di media sosial, terutama Instagram. Ia sering menyoroti gaya hidup pejabat hingga dinamika demonstrasi besar, termasuk kasus tragis kematian Affan Kurniawan, driver ojek online yang terlindas kendaraan taktis saat demo Agustus 2025.
Tuduhan Terindikasi Pidana
Pada 8 September 2025, Brigjen Juinta Omboh mendatangi Polda Metro Jaya untuk berkonsultasi terkait dugaan tindak pidana oleh Ferry. Menurutnya, indikasi itu muncul setelah tim patroli siber TNI melakukan penelusuran. Meski begitu, Juinta belum menjelaskan secara rinci bentuk dugaan pelanggaran yang dimaksud.
“Kami menemukan beberapa fakta dugaan tindak pidana yang dilakukan saudara Ferry Irwandi. Namun detailnya nanti akan masuk proses penyidikan,” kata Juinta di hadapan wartawan.
Tanggapan Ferry Irwandi
Menanggapi isu tersebut, Ferry bersuara melalui akun Instagram pribadinya. Ia menegaskan bahwa pandangannya adalah bentuk kegelisahan terhadap kondisi bangsa.
“Ide tidak bisa dibunuh atau dipenjara,” tulisnya. Ferry juga menyatakan siap menghadapi segala tuntutan dengan tenang. “Saya tidak pernah dididik jadi pengecut atau penakut,” tegasnya.
Ferry bahkan menanggapi langsung Brigjen Juinta dengan pernyataan bahwa dirinya tidak pernah dihubungi. “Dear jenderal. Saya tidak lari kemana-mana. Nomor saya tidak pernah berubah, jadi kalau bilang pernah coba kontak, saya tidak pernah dikontak. Terima kasih,” ujarnya.
Kesimpulan
Profil Ferry Irwandi memperlihatkan sosok pemuda yang berani, kreatif, dan vokal menyuarakan isu sosial-politik. Dari karier birokrat hingga dunia aktivisme, ia memilih jalur yang penuh risiko demi menyuarakan idealismenya. Meski kini menghadapi tuduhan indikasi pidana, Ferry tetap berdiri tegak dengan keyakinannya.
Kasus ini menambah catatan panjang bagaimana aktivis muda di Indonesia berhadapan dengan dinamika hukum dan politik. Bagaimanapun hasilnya, perjalanan Ferry Irwandi menjadi gambaran nyata tentang harga yang harus dibayar untuk bersuara lantang di ruang publik.
Refrence : Liputan6